Hidup tak ubahnya seperti untaian benang panjang dua warna. Dia pilih berpilih silih berganti sebagaimana siang dan malam.
Ada warna suka ada duka, ada sedih ada bahagia, hanya kita yang mengerti bagaimana rasanya. Karena hanya diri sendiri yang tau, apa yang di inginkan dan apa yang sudah di dapatkan nantinya.
Namun sering kali berharap hidup ini menjadi satu warna, satu rasa dan satu aroma. Kita pun lupa, kalau hidup dengan satu warna, kita tidak akan tahu dan bisa merasakan indahnya dunia. Atau bahkan lupa bahwa seperti itulah warna kehidupan. Belajar dan bertafakur untuk mengenali warna, rasa, aroma dan mengenali sekeliling, mengenali diri dan lebih mengenali sang pencipta.
Tidak jarang kita lupa untuk siapa sebenarnya semua yang lakukan ini ?.....
Siapa yang di tuju kalau badan dan fikiran ini sudah terasa suntuk dengan semua permasalahan yang ada ?...
kembali ke fitroh, pasrahkan semua kepada kebesaran Tuhan dan semoga selalu terus menerus istiqomah tanpa rasa kebosanan.
Ketika dihadapkan pada dua pilihan, ada dua rasa yang menyelubungi hati dan pikiran. Di satu sisi berdetak kagum dan bersyukur, satu sisi cenderung ingin memiliki dan menguasai yang ada di depan mata.
Tidak dipungkiri terkadang penyakit tamak pun menjangkiti hati dan pikiran. Kerisauan menyelimuti perjalanan dalam mengambil keputusan, dengan perasaan tenang menghayati setiap kalimat manakah yang harus kita pillih dan kita dahulukan.
Setiap keputusan ada masanya, tak semua bisa dilakukan secara bersama-sama. Kita memungkiri apa yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Meremehkann sesuatu yang kecil menjadi besar, yang besar menjadi kecil. kita tahu perasaan sudah mengatakan pada semua indra apa yang harus dilakukan. Tapi kita seperti cenderung menolak pemberitahuan ini dan memilih melanjutkannya.
Pandai meletakkan masalah pada tempat dan waktunya, menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak diinginkan. Maka jalan akan lurus dan bermanfaat.
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. penyesalan pasti ada tapi, memperbaiki diri lebih baik dari pada tidak sama sekali. Agar tidak terpuruk lebih dalam lagi. Tak ada yang terlambat di dunia ini, mengubah apapun yang tidak konsisten dengan perasaan hati yang dalam paling dalam.
Janganlah ada rasa tidak beruntung agar jiwa kita tenang, ada hikmah di balik peristiwa dan kejadian. Keberuntungan akan datang dengan hati yang penuh rasa syukur, itu merupakan salah satu bentuk penghargaan dari usaha kita.
Ada warna suka ada duka, ada sedih ada bahagia, hanya kita yang mengerti bagaimana rasanya. Karena hanya diri sendiri yang tau, apa yang di inginkan dan apa yang sudah di dapatkan nantinya.
Namun sering kali berharap hidup ini menjadi satu warna, satu rasa dan satu aroma. Kita pun lupa, kalau hidup dengan satu warna, kita tidak akan tahu dan bisa merasakan indahnya dunia. Atau bahkan lupa bahwa seperti itulah warna kehidupan. Belajar dan bertafakur untuk mengenali warna, rasa, aroma dan mengenali sekeliling, mengenali diri dan lebih mengenali sang pencipta.
Tidak jarang kita lupa untuk siapa sebenarnya semua yang lakukan ini ?.....
Siapa yang di tuju kalau badan dan fikiran ini sudah terasa suntuk dengan semua permasalahan yang ada ?...
kembali ke fitroh, pasrahkan semua kepada kebesaran Tuhan dan semoga selalu terus menerus istiqomah tanpa rasa kebosanan.
Ketika dihadapkan pada dua pilihan, ada dua rasa yang menyelubungi hati dan pikiran. Di satu sisi berdetak kagum dan bersyukur, satu sisi cenderung ingin memiliki dan menguasai yang ada di depan mata.
Tidak dipungkiri terkadang penyakit tamak pun menjangkiti hati dan pikiran. Kerisauan menyelimuti perjalanan dalam mengambil keputusan, dengan perasaan tenang menghayati setiap kalimat manakah yang harus kita pillih dan kita dahulukan.
Setiap keputusan ada masanya, tak semua bisa dilakukan secara bersama-sama. Kita memungkiri apa yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Meremehkann sesuatu yang kecil menjadi besar, yang besar menjadi kecil. kita tahu perasaan sudah mengatakan pada semua indra apa yang harus dilakukan. Tapi kita seperti cenderung menolak pemberitahuan ini dan memilih melanjutkannya.
Pandai meletakkan masalah pada tempat dan waktunya, menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak diinginkan. Maka jalan akan lurus dan bermanfaat.
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. penyesalan pasti ada tapi, memperbaiki diri lebih baik dari pada tidak sama sekali. Agar tidak terpuruk lebih dalam lagi. Tak ada yang terlambat di dunia ini, mengubah apapun yang tidak konsisten dengan perasaan hati yang dalam paling dalam.
Janganlah ada rasa tidak beruntung agar jiwa kita tenang, ada hikmah di balik peristiwa dan kejadian. Keberuntungan akan datang dengan hati yang penuh rasa syukur, itu merupakan salah satu bentuk penghargaan dari usaha kita.
1 comments:
hem dua warna kehidupan.... hitam dan putih bila kedua warna itu di jadikan satu ... maka yang menang warna apakah hehehe ?
Posting Komentar