Dengan wajah tanpa berdosa, aku menadahkan tangan, meminta uang jajan. Mamak memberiku tidak sesuai dengan permintaan. Langsung saja wajahku murung seketika, mamak tahu aku merasa kecewa.
Dengan belaian lembut mamak menyisipkan nasehat di dalamnya.
"Tidak baik terlalu banyak uang jajan, sebagian uang nya di tabung buat Wiwik kuliah nanti."
Aku menatap wajah mamak terasa teduh sekali, langsung memeluknya dengan wajah mengembang.
Mamak bekerja hampir duapuluh empat jam, mengelola warung makan. Biasanya banyak bus malam berhenti di sana untuk sekedar makan atau menghilangkan penat. Warung kami terletak di pinggir jalan. Bus lintas Kota Cane, kebanyakan mereka yang datang adalah langganan mamak. Dulu bapak sering menasehati mamas jangan terlalu ngoyo. dan menyerahkan pekerjaan kepada Nurlela, salah satu orang kepercayaan bapak. Lagi-lagi mamak tersenyum, menambah kecantikan mamak yang semakin berpijar. Bapak hanya bisa mengelus dada melihat keantusiasan mamak. Akupun sebagai anak sebenarnya tidak tega melihat pekerjaan mamak, tapi sudah menjadi kemauan mamak. Keinginan mamak begitu kuat sehingga meruntuhkan kekhawatiran kami sekeluarga.
Mamak juga manusia, terkadang ia juga lelah. Tak juga itu mamak juga menderita sakit jantung dan tiba-tiba terkadang pingsan. Tapi mamak tidak pernah merasakan sakitnya. Dikala sedang sakitpun, senyum mamak selalu merebak, walau dalam keadaan parah sekalipun.
'Aku cinta mamak ya Allah, jangan rebut mamak dari kehidupanku,' pintaku saat itu. Dalam keadaan sakit wajah mamak masih saja terlihat cantik, tidak tampak kesedihan di raut wajahnya. Selalu tersungging senyum kesabaran, juga tidak menampakkan wajah keletihan.
Dulu saat mamak sedang sakit, dan dokter menganjurkan istirahat cukup. Bukanlah mamak namanya, kalau mendengar nasehat dokter. Besoknya mamak sudah memulai rutinitas lagi. Tapi, kali ini hanya duduk di depan kasir sambil memantau pekerjaan yang lain. Duh mak, kenapa tidak istirahat saja di rumah, sepertinya mamak tahu isi hati kami.
"Mamak tidak betah tiduran dirumah terus, badan kan lebih sehat kalau dibuat gerak."
Lagi-lagi mamak memberi wejangan kepada kami anak-anaknya dengan lembut dan senyum khasnya. Wajah mamak kelihatan begitu anggun sore itu.
Saat teman jauhku datang main kerumah, betapa terkejutnya mereka. Melihat perbedaan aku dan mamak sangat jauh. Kulit mamak yang putih, Bibir mamak yang tidak lupa menyunggingkan senyum. Mereka tak tanggung-tanggungnya memuji kecantikan mamak. Terkadang membuat aku iri, kenapa aku tidak secantik mamak, seanggun mamak, sesabar mamak dan selebih-lebih dari mamak, aku menatap mamak dari kejauhan. Dengan penuh kesabaran mamak melayani teman-temanku. Menyuguhkan minuman dan membuat
pecal kesukaan aku.
***
Teruntuk mamak yang tercinta,
Maaf yang tak terkira aku haturkan kepada semua keluarga yang di Medan, terutama mamak yang tercinta. Aku tidak seperti yang mamak harapkan, tidak bisa mewujutkan cita-cita yang mamak impikan. Sekarang aku berada di negeri Malaysia bekerja sebagai buruh pabrik. Maafkan bila aku pergi tanpa pamit...
Salam hormat,
Anakmu.
Satu bulan kemudian, aku menerima surat jawaban dari Medan. Sungguh menggetarkan hati, ketika aku baca surat jawaban dari mamak.
Buat anakku yang tersayang,
Sepeninggal kepergianmu mamak tidak bekerja seperti dulu lagi. Satu tahun yang lalu bapakmu telah tiada. Sabar ya nak, baik-baiklah bekerja di negeri orang. Jangan lupa sholat dan berdo'a untuk bapakmu...
Salam sayang,
Mamak.
***
Air mata tidak terbendung lagi, surat mamak langsung aku lipat dan memasukkannya ke kantong celana. Betapa ingin memeluk mamak dan menepis kesepian selama ini. Apakah wajah mamak masih seperti seperti yang dulu? Terlihat cantik walau badai mendera. Anganku melayang terasa duduk dihadapan mamak.
Membandingkan potret Ratu Cleopatra yang ada di hp dengan wajah mamak.
Engkau adalah ibu yang kupanggil dengan sebutan mamak. Walau panggilan mamak terlalu ndeso, panggilan itu terasa nyaman. Begitu aku mengagumimu, begitu aku mencintaimu, begitu aku menghormatimu, sehingga terucap "Ibuku adalah wanita tercantik didunia."Karena engkaulah wanita yang melahirkan aku ke dunia. Kecantikan Ratu Cleopatra tidak seberapa dibanding kecantikan yang mamak miliki. Wajahnya selalu terlihat cantik, Walau keadaan susah atau sakit sekalipun. Menebarkan senyum keanggunan di hati anak-anaknya. Mata mamak memancarkan getar kelembutan di jiwwa kami anaknya. Terlebih saat kehilangan bapak, mamak selalu menentramkan hati kami dengan kebijakan kata dan belaian tangannya. Hari itu aku juga memesan tiket pulang ke Medan karena kerinduan ini selalu membuncah menatap wajah cantik mamak.
Semua masih sama tiada yang berbeda. Kehangatan pelukan seorang mamak terhadap anaknya, cinta kasih sayang mamak dan cantik mamak masih seperti yang dulu. Kepergian bapak masih menyisahkan sedih dan membuat kami anak-anakmu merasa kehilangan. Terutama aku yang mersa bersalah tidak sempat melihat wajah tampannya bapak. Hanya di batu nisan aku tancapkan do'a dan sekuntum kembang. Rasa bersalah ini begitu dalam hingga akupun tak mampu memaafkan diriku sendiri. Mamak datang membelai hatiku dengan lembut. Kta-kata mamak tidak membuatku terpuruk di ruang bersalah.
Walaupun saudaraku kurang menyukai caraku selama ini. Engkau meruntuhkan kekerasan kepala kedua saudaraku, walaupun aku tahu hati mamak saat itu sedang hancur di tinggal bapak. Terlihat mata mamak yang sembab namun di depan anak-anakmu, mamak selalu berusaha berpenampilan cantik.
Trekadang aku cemburu, marah, melihat sikap lelaki yang terlalu over terhadap mamak. Sering aku adukan perihal ini, tetapi mamak tanggapi dengan senyum.
"Mamak sudah tua, kasih sayang mamak hanya untuk kalian. Mereka hanya pembeli dan kita sudah seharusnya berbuat baik. Kalau kita cerewet siapa yang mau makan di sini."
"Walaupun tua kan mamak terlihat cantik."
Jawabku dengan perasaan ketus. Entah bagaimana perasaan mamak pada saat itu, aku hanya bisa menatap bahunya, karena mamak membelakangi aku. Padahal aku sangat merindukan wajah cantik mamak saat kecewa ataupun marah. Namun aku tidak menemukan di sana. Benarkah mamak terluka oleh ucapan tadi? Malamnya aku menemui mamak dan minta maaf. Ada bulir permata bening disana, mamak memeluk aku dan membelai dengan wejangan. Begitu nyaman rasanya, sungguh tiada yang tercantik di dunia ini selain sikap mamak terhadap keresahan anak-anaknya. Ijin dan do'a mamak selalu menyertai dalam setiap aku berpijak. Tetapi kemana aku akan mencari serpihan do'a mamak saat itu.
***
Aku menerima telepon dari abang yang mengabarkan keadaan mamak yang sedang kritis. Sudah tiga hari mamak terbaring dirumah sakit dengan selang yang bergelantung. Tanpa bisa bersuara bahkan tersenyum sudah tidak mampu lagi.
"Apakah mamak masih terlihat cantik?" batinku. Ingin sekali memeluk dan merasakan kelembutan tangan mamak. Setiap hari do'a dan dzikir selalu kupersembahkan untuk mamak, agar bisa tersenyum dan aku masih bisa menikmati kecantikan wajah mamak.
Wajah mamak selalu menghiasi mimpi malamku. Menyuapi aku makan pecal dan menemani aku jalan-jalan. Terakhir aku melihat bapak menggandeng tangan mamak sementara aku sibuk memotongi pohon bambu. Senyum itu masih mamak sunggingkan, pesona cantik mamak tidak pernah luntur. Alangkah bahagianya kebersamaan mereka. Mak, pak aku sayang kalian, teriakku dalam mimpi.
Subuh menjelang, aku menerima sms dari abang. Menyatakan kalau mamak sudah tiada. Dunia terasa berhenti berputar sesaat. Tangisan hanya tangisan, penyesalan tinggal penyesalan. Mamak pergi untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali lagi untukku. Sementara aku masih di negeri beton terpenjaara oleh kontrak kerja. Bahkan aku tidak mampu menancapkan do'a diatas pusaran mamak apalagi menaburkan kembang. Dalam sujut dan do'a, selalu aku selipkan nama mamak dan bapak. Semoga kalian tenang disisiNYA.
Berbuat baik kepada orang tua juga tidak terputus dari kematian. Sebagaimana Malik bin Rabi'ah as-saidi-semoga Allah meridhoi-NYA-meriwayatkan,"Tatkala kami berada di sisi rosulullah saw., Tiba-tiba seorang pria datang dari Bani Salamah. Lantas ia berkata,'Wahai Rosulullah, apakah masih tersisa kesempatan berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah kematian keduanya?'
'Ya, yaitu mendo'akan dan memintakan ampun untuk keduanya, merealisasikan janji mereka berdua sepeninggal keduanya, menyambung tali silaturahmi yang tidak dapat di sambung kecuali dengan keduanya, serta memuliakan keduanya,'jelas beliau"
Oleh Puput Ariatna